Widget HTML #1

Siapakah yang Disebut Azhari Itu? Cari Tahu Yuk!

.siapakah azhari itu

Andreysetiawan.com - Sejak era para masyāyikh dimana Allah SWT menjadikan mereka sebagai peletak pondasi awal, pelindung dan jantung pergerakannya. Al Azhar senantiasa meniti jalan yang benar dalam mentauhidkan Allah SWT. Hal ini karena Al-Azhar adalah institusi keagamaan yang mampu memadukan paradigma yang berbasis logika dan wahyu dalam memahami akidah, ilmu Al Qur'an dan ilmu hadis yang sakral dan komprehensif. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT.:

يا أيها النبي إنا أرسلناك شاهدا ومبشرا ونذيرا (54) وداعيا إلى الله بإذنه وسراجا منيرا

Artinya: "Wahai Nabi, sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. Dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi.” (QS. Al-Ahzab: 45-46).

Oleh sebab itu, selama matahari bersinar Al- Azhar akan terus menjadi pelindung dan pengayom bagi orang-orang yang mengimani bahwa Allah SWT adalah Tuhannya, Islam adalah agamanya dan Nabi Muhammad SAW adalah nabi dan rasul panutannya. Karenanya Imam al-Kautsari berkata: "Al-Azhar Al Syarif adalah penjaga akidah dan syariat.

Sehingga tidak sepatutnya ia membiarkan komoditi yang menjadi tanggung jawabnya diambil oleh para pencuri, dengan alasan bahwa mereka bebas melakukan apapun.

Boleh jadi sebuah ungkapan yang paling tepat dan valid adalah ungkapan dari Prof. Dr. Ali Jumah ketika beliau mendeskripsikan karakteristik seorang Azhari, tatkala ditanya oleh salah seorang wifidin (pelajar asing): "Kapan seorang penuntut ilmu berhak menyandang sebutan Azhari?" Beliau menjawab: "Sesungguhnya Prof. Dr. Ali Jum'ah dan lainnya yang memiliki kepedulian tinggi terhadap ajaran Islam, merupakan sandaran dan rujukan bagi orang-orang yang tulus mencari ridha Allah azza wa jallá dalam menyebarkan akidah al-Asy'ari dan empat mazhab fikih yang dipegang teguh oleh Al-Azhar ke seluruh pelosok, dengan disertai tekad kuat untuk berakhlak dan berperangai baik, sebab itu merupakan ciri khas orang-orang yang menempuh jalan tasawuf. Dan saat ini para ulama tasawuf menjadi sasaran berbagai tuduhan miring yang tidak sesuai dengan hakikat tasawuf yang dikenal di kalangan kaum muslimin; bahwa tasawuf mengajarkan ketulusan, amanah dan persaudaraan karena Allah SWT. Juga mengajarkan sikap saling membantu dalam kebaikan dan ketakwaan, serta saling berupaya untuk memperkuat hubungan di antara manusia."

Oleh sebab itu, tidak termasuk dari ajaran Islam baik akidah, ibadah maupun akhlak, bila ada orang yang mengaku dan berkata kepadamu: "Aku alumni Al-Azhar, kemudian kedoknya terungkap, bahwa perkataannya penuh kebencian, menentang kebenaran yang sudah jelas dan mengikuti hawa nafsu, sebagaimana disinggung oleh Allah SWT.:

(ومن أضل ممن اتبع هواة بغير هدى من الله )

Artinya: "siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun". (QS. Al-Qashash: 50)

Sesunguhnya saat Al-Azhar sedang menunaikan amanah untuk menyampaikan kebenaran, dengan tanpa lelah dalam mengerahkan segenap kemampuannya. Orang-orang yang sadar akan hal itu akan berbodong-bondong mendatangi Al-Azhar dari seantero dunia sebagaimana seorang mukmin mendatangi Tanah Suci guna menunaikan ibadah haji dan umrah.

Setelah mereka sampai, seakan Al-Azhar menyambut mereka dengan tangan terbuka lebar. Al-Azhar juga telah menyiapkan seluruh sarana dan prasarana yang dibutuhkan selama menuntut ilmu. Maka ungkapan yang tepat bagi Al-Azhar adalah untaian bait syair yang disenandungkan oleh Khansă kepada saudaranya, Shakhar. Dia berkata:

أغر أبلج تأتم الهداة به # كأنه علم في رأسه تار

Artinya: "Terang-benderang, sehingga menjadi petunjuk para pejalan. Bagaikan bendera dengan api menyala di bagian atasnya."

Bagi mereka yang ingin dinisbatkan diri kepada Al-Azhar, hendaklah senantiasa memegang teguh pilar pilar yang dimiliki Al-Azhar ini, sebelum muncul ujaran negatif bagi mereka: "Anda bukan seorang Azhari maka janganlah mengaku-ngaku."

Sungguh sangat indah penuturan Grand Shaikh Al-Azhar Prof. Dr. Ahmad Thayyib hafizhahullah terkait konteks ini, ketika beliau menegaskan akan ke-Asyari an Al-Azhar: "Al-Azhar mengikuti mazhab Imam Abu al-Hasan al-Asy'ari, bukan didasarkan pada sikap fanatisme terhadap sebuah mazhab dan salah satu imam tertentu. Akan tetapi karena mazhab ini (al-Asy'ari bukanlah mazhab baru yang dibuat-buat dalam Islam, melainkan sebuah refleksi yang benar dan terpercaya dari manhaj Nabi SAW., para sahabat dan tabiin, yang memberikan kemudahan dan kesederhanaan dalam beragama, baik dalam urusan akidah, syariat maupun akhlak.

Hal ini yang sering kali tidak dipahami dengan baik oleh banyak kalangan yang menulis mengenai mazhab al-Asy'ari. Yang ingin saya tegaskan di sini adalah bahwa Imam al-Asy'ari rahimahullah tidak pernah membuat mazhab baru sebagaimana mazhab Muktazilah dan mazhab-mazhab lain dimana seorang peneliti dengan mudah mendapati pandangan dan konsep detil mereka yang sangat bertentangan dengan nas-nas Al-Quran dan Sunah. Sedangkan usaha yang dilakukan oleh Imam al Asy'arī adalah membentuk formula argumentasi akidah berbasis rasional yang bertujuan untuk memperkuat argumentasi Al-Qur'an dan Sunah. Juga menjelaskan bahwa teks-teks wahyu akan berbanding lurus dengan akal sehat, jika tidak terkontaminasi oleh hawa nafsu, debat kusir, dan absurditas."2

Islam telah mendidik kita untuk senantiasa berkata benar dan tidak memberikan ungkapan-ungkapan manis kepada orang yang dengki.

والحق أبلج لا تزيع سبيله * والحق يغرفة أولو الألباب

Artinya: "Kebenaran itu sangat terang sehingga tak kan menyimpang jalannya. Dan kebenaran itu hanya diketahui oleh orang-orang yang berakal."

Dan Al-Azhar akan menyambut setiap orang yang mendatanginya dengan bersenandung:

حللنا دوحه فحــــــــنا علينا # حنو المرضعات على الفطيم وأرشفنا على ظمأ زلالا * ألذ من المدامة للنديم #

Artinya: "Kami tinggal dalam naungannya, ia pun sangat mengasihi kami. Laksana belas kasih seorang ibu kepada anaknya yang baru disapih. Ia memberikan guyuran air di saat kami dilanda kehausan. Yang lebih nikmat dari khamar bagi seorang pecandunya.”

Kebenaran lebih berhak untuk diikuti. Dan kita harus senantiasa menjalankan kebenaran dengan penuh ketulusan. Alhamdulillah.