Sejarah Para Pendiri Mazahibul Arba'ah; Imam Syafi'i RA
Andreysetiawan.com - Apa kabar sob, bagaimana kabar kalian? Semoga sehat selalu ya. Nah kali ini saya ingin berbagi kisah hidup dari salah satu pendiri mazahibul arba'ah.
Siapakah beliau? Beliau adalah imam Syafi'i radhiallahu anhu pendiri mazhab fiqih Syafi'i. Nah, adakah yang sudah tahu kisah beliau? Kalau belum ada atau ada tapi agak lupa, yuk baca artikel ini sampai habis.
Sejarah Para Pendiri Mazahibul Arba'ah; Imam Syafi'i RA
Imam Syafi'i memiliki nama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Usman bin Syafi' bin Saib bin Abid bin Abdul Yazid bin Hisyam bin Muthalib bin Abdul Manaf. Beliau merupakan keturunan Quraisy dari jalur keturunan ayahnya. Beliau dilahirkan pada tahun 150 H/767 M, pada tahun yang sama dengan wafatnya ulama besar yang hebat yaitu Imam Abu Hanifah (pendiri Madzhab Hanafi). Sampai sebagian orang mengatakan: "Seorang imam telah meninggal dunia dan lahir pula seorang imam yang lain".
Kehidupan Imam Syafi'i ketika kecil sangat miskin. Ditambah pula dengan keadaannya yang yatim, sehingga ibu beliau tidak mampu untuk membayar iuran pengajiannya. Namun, kecerdasan hafalan Imam Syafi'i telah menarik perhatian gurunya dan membuat gurunya senang.
Perjalanan imam Syafi'i dalam menuntut ilmu
- Hafal Al-Quran ketika masih anak-anak
Imam Syafi'i telah menghafal Al-Qur’an sejak usia 7 tahun. Guru mengaji Imam Syafi'i pada ketika itu ialah Ismail bin Qisthantin. Dan gurunya ini adalah merupakan seorang Syeikh di kota Mekah pada zamannya.
Kata Imam Syafi'i: “Aku mengaji Al-Qur’an dengan Ismail bin Qisthantin, sedang guruku mengaji dengan Syibl bin ‘Ibad dan Makruf bin Misykan, kedua mereka mengaji dengan Yahya bin Abdullah bin Katsir, ia pula mengaji dengan Mujahid, Mujahid mengaji dengan Ibnu ‘Abbas, Ibnu ‘Abbas mengaji dengan Ubay bin Kaab dan Ubay bin Kaab mengaji langsung dengan Rasulullah SAW.” Demikian silsilah Al-Qur’an Imam Syafi'i yang mutawatir hingga ke Rasulullah.
Hubungan Imam Syafi'i dengan Al-Qur’an memang sangat rapat. Hal ini berlanjut sepanjang hidup beliau. Imam Al-Nawawi di dalam kitabnya Al-Tibyan fi Adaabi Hamalah Al-Qur’an berkata: “Di antara mereka yang mengkhatamkan Al-Qur’an sekali dalam sehari semalam ialah Usman bin Affan RA, Tamim Al-Daariy, Said bin Jubair, Mujahid, Al-Syafie dan lain-lain.”
- Mendalami ilmu bahasa arab
Setelah hafal Al-Quran Imam Syafi'i sadar bahwa mustahil seseorang itu dapat memahami makna-makna Al-Qur'an tanpa menguasai bahasa Arab dengan baik. Hal ini kerana Al-Qur'an diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab yang fasih.
Imam Syafi'i berkata: "Saya meninggalkan kota Mekah dan tinggal di pedalaman Arab Badwi bersama suku Hudzail. Saya mempelajari adat istiadat mereka. Ini kerana Hudzail adalah suku yang paling fasih berbahasa Arab. Ketika kembali ke Mekah, saya sering membuat syair, menceritakan kisah-kisah sastera dan menghuraikan riwayat-riwayat yang saya perolehi".
Kemampuan imam Syafi'i dalam bidang bahasa dan kesusasteraan arab memang sudah diakui oleh para ulama. Al-Ashma'i, seorang yang terkenal dalam dunia kesusasteraan arab, berkata: "Saya telah mendapat pembetulan tentang syair-syair Hudzail dari seorang pemuda Quraisy yang bernama Muhammad bin Idris."
- Mempelajari ilmu hadis
Keinginan Imam Syafi'i terhadap ilmu-ilmu Islam semakin membara. Setelah menghafal Al-Qur'an dan mendalami bahasa Arab, beliau ingin mendalami ilmu Hadis. Memang beginilah adab untuk mencapai tingkatan mujtahid' yang sebenar.
Imam Syafi'i telah mendapat kabar tentang seorang ulama besar Madinah yang hebat dalam bidang hadis, iaitu Imam Malik. Majlis pengajian Imam Malik dikenali sebagai Madrasah Ahli Hadis. Lantas, Imam Syafi'i segera meminjam kitab Al-Muwattha' susunan Imam Malik dari seorang kenalan di kota Mekah. Kitab itu dibaca dan dihafalkan olehnya. Usianya ketika telah menghafal kitab Al-Muwattha' ialah 13 tahun. Kemudian, Imam Syafi'i berangkat pergi berjumpa dengan Imam Malik di Madinah serta berguru dengannya sampai kewafatan Imam Malik.
Imam Syafi'i berhasil menimba ilmu hadis dan ilmu fiqh daripada Imam Malik. Dan mazhab Imam Malik inilah yang juga merupakan mazhab Imam Syafi'i sebelum beliau berlepas diri dari mazhab Imam Malik.
- Mendalami ilmu fiqih
Sufyan bin 'Uyainah yang merupakan salah satu guru imam Syafi'i berkata: "Kenabian merupakan anugerah Allah yang paling mulia. Anugerah yang paling mulia setelah kenabian adalah ilmu dan fiqh."
kata-kata yang berasal dari seorang guru itulah yang membuat Imam Syafi'i menekuni ilmu fiqh secara serius. Kemudian beliau berguru dengan ramai fuqaha' yang terkenal pada zamannya seperti Muslim bin Khalid Az-Zanji, Sufyan bin 'Uyainah, Imam Malik bin Anas dan lain-lain.
Sebenarnya kefakihan Imam Syafi'i sudah ada sejak usianya masih remaja. Oleh sebab itu dikisahkan beliau telah diizinkan oleh Muslim bin Khalid Az-Zanji seorang Mufti Mekkah saat itu untuk memberikan fatwa ketika imam Syafi'i baru berumur 15 tahun.
Guru-guru imam Syafi'i
Imam Fakhr al-Razi telah menyebutkan guru-guru Imam Syafi'i sangatlah banyak jumlahnya. Beliau berkata: "Kami hanya akan menyebutkan guru-gurunya yang masyhur dari kalangan mereka yang pandai dalam bidang fiqh dan fatwa. Dalam karya ayahku Dhiya'uddin Umar bin Al-Hasan menyebutkan jumlahnya 19 orang guru di antaranya 5 orang berasal dari Mekah, 6 orang berasal dari Madinah, 4 orang berasal dari Yaman dan 4 orang berasal dari Irak."
Dari Mekah:
- Sufyan bin 'Uyainah.
- Muslim bin Khalid Az-Zanji.
- Sa'id bin Salim Al-Qaddah.
- Daud bin Abd Rahman Al-'Aththar.
- Abdul Majid bin Abdul Aziz bin Abu Daud.
Dari Madinah:
- Malik bin Anas.
- Ibrahim bin Sa'd Al-Ansari.
- Abdul Aziz Muhammad Ad-Darawardi.
- Ibrahim bin Yahya Al-Aslami.
- Muhammad bin Sa'id.
- Abdullah bin Nafi' ash-Shaigh.
Dari Yaman:
- Muthraf bin Mazin
- Hisyam bin Yusuf.
- Umar bin Abi Salamah.
- Yahya bin Hasan.
Dari Iraq:
- Waki' bin Al-Jarrah.
- Abu Usamah Hamad bin Usamah.
- Ismail bin 'Aliah.
- Abdul Wahab bin Abdul Majid.
Murid-murid imam Syafi'i
Imam Syafi'i mempunyai murid yang sangatlah banyak. Ibrahim al-Harbi pernah berkata tentang banyaknya orang yang mau belajar kepada Imam Syafi'i di saat beliau memperkenalkan fiqh barunya di Masjid Jami' al-Gharbi, Baghdad, Irak: "Ketika Syafi'i datang ke Baghdad, di Masjid Jami' Al-Gharbi terdapat 20 majlis fiqh rasional. Tetapi setelah Al-Syafie mula memperkenalkan fiqhnya pada hari Jumaat, majlis fiqh rasional tersebut bubar dan hanya tinggal 3 majlis saja, kerana majlis-majlis yang lain pindah ke majlis Syafi'i."
Berikut adalah sebahagian murid-murid Imam Syafi'i
Di Mekah:
- Abu Bakar Al-Humaidi. [Mufti dan Ahli Hadis Mekah]
- Abu Ishaq Ibrahim bin Muhammad Al-'Abbasi. [Ahli Hadis Mekah]
- Abu Bakar Muhammad bin Idris. [Sahabat Imam Syafi'i]
- Abu Al-Walid Musa bin Abu Al-Jarud. [Ahli Fiqh Mekah]
Di Baghdad:
- Abu al-Hasan Ash-Shabbah Az-Za'farani. [Ahli Fiqh, Ahli Hadis Baghdad]
- Abu Ali Al-Husain bin Ali al-Karabisi. [Ahli Fiqh, Ahli Hadis Baghdad]
- Abu Tsaur Al-Kalbi. [Ahli Fiqh Mesir]
- Abu Abdurrahman Ahmad bin Muhammad bin Yahya Al-Asy'ari. [Ahli Fiqh, Ahli Hadis Baghdad]
- Ahmad bin Hanbal. [Mujtahid Mutlak, Pengasas madzhab Hanbali, Amirul Mukminin fil Hadis]
Di Mesir:
- Harmalah bin Yahya Bin Harmalah. [Ahli Hadis Mesir]
- Abu Ya'qub Yusuf bin Yahya Al-Buwaithi. [Imam Besar, Ahli Fiqh Mesir]
- Abu Ibrahim Ismail bin Yahya Al-Muzani. [Imam Besar. Ahli Fiqh Mesir]
- Muhammad bin Abdullah bin Abdul Hakam. [Ahli Fiqh Mesir]
- Al-Rabi' bin Sulaiman bin Daud Al-Jaizi. [Ahli Fiqh Mesir]
- Al-Rabi' bin Sulaiman Al-Muradi. [Ahli Fiqh, Muadzdzin di Masjid Jami' Fusthath- Jami' Amr bin Al-Ash.]
Karya-karya imam Syafi'i
Imam Syafi'i sangat rajin menulis. Beliau sering menulis karya apabila diminta oleh para ahli ilmu. Pernah ahli-ahli hadis meminta Imam Syafi'i mengarang penulisan khusus bagi mengkritik mazhab ahli ra'yi dan membela mazhab ahli hadis. Lalu, Imam Syafi'i pun menunaikan permintaan mereka itu.
Di antara karya Imam Syafi'i ialah:
- Ikhtilaf al-Hadits. Kitab ini dikarang oleh Imam Syafi'i membahas mengenai kehujahan hadis ahad secara khusus dan membela sunnah secara umum.
- Al-Hujjah. Ini merupakan karya Imam Syafi'i ketika beliau mengajar di Baghdad, Iraq. Kitab inilah yang membentangkan pendapat lama (Qaul Qodim) Imam Syafi'i dalam ilmu fiqh.
- Al-Mabsuth. Kitab ini merupakan karya Imam Syafi'i yang menghidangkan beberapa tambahan dalam ilmu fiqh.
- Al-Umm. Ini merupakan karya Imam Syafi'i ketika beliau mengajar di Mesir. Kitab inilah yang membentangkan pendapat baru (Qaul Jadid) Imam Syafi'i dalam ilmu fiqh.
- Al-Risalah. Kitab ini ditulis oleh Imam Syafi'i atas permintaan Abdurrahman bin Mahdi. Inilah karya Imam Syafi'i yang membahaskan mengenai ilmu usul al-fiqh.
Dan pada akhir perjalanan hidupnya Imam Syafi'i wafat di Mesir pada malam Jumat tanggal 30 Rajab 204 H selepas selesai melaksanakan solat Maghrib. Al-Rabi' pula bercerita: "Dalam tidurku, saya bermimpi Nabi Adam AS meninggal dunia. Lalu, saya tertanya-tanya tentang arti mimpi itu." Ternyata selang beberapa ketika, ia mendapat kabar bahwa imam Syafi'i meninggal dunia.
Itulah tadi kisah hidup imam Syafi'i radhiallahu anhu. Beliau yang merupakan imamuna wa madzhabuna sangatlah luar biasa keilmuanya. Semoga kita bisa mengambil ibrah dari kisah hidup imam Syafi'i radhiallahu anhu. Aminn ya rabalalamin. Sekian dan terima kasih.