Widget HTML #1

Sejarah Para Pendiri Mazahibul Arba'ah; Imam Hambali RA

Andreysetiawan.com - Apa kabar sob, bagaimana kabar kalian? Semoga selalu diberi kesehatan ya. Nah kali ini saya ingin berbagi kisah hidup dari salah satu pendiri mazahibul arba'ah. Beliau ini merupakan murid imam Syafi'i lho. Kalau imam Syafi'i muridnya imam Malik dan beliau adalah muridnya imam Syafi'i. 

Siapakah beliau? Beliau adalah imam Hambali radhiallahu anhu pendiri mazhab fiqih Hambali. Nah, adakah yang sudah tahu kisah beliau? Kalau belum ada atau ada tapi agak lupa, yuk baca artikel ini sampai habis. 

Sejarah Para Pendiri Mazahibul Arba'ah; Imam Hambali RA

biografi imam hambali

Imam Hambali memiliki nama lengkap Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad bin Idris bin Abdullah bin Hayyan bin Abdullah bin Anas bin ‘Auf bin Qasith bin Mazin bin Syaiban bin Dzuhl bin Tsa‘labah adz-Dzuhli asy-Syaibaniy. Beliau lahir di Baghdad pada tahun 20 Rabiul awal 164 H/27 November 780.

Perjalanan menuntut ilmu

Pada awalnya imam Hambali mendapatkan pendidikannya di kota Baghdad. Saat itu, kota Baghdad telah menjadi pusat peradaban dunia Islam yang penuh dengan manusia yang berbeda asalnya dan beragam kebudayaannya serta penuh dengan beragam jenis ilmu pengetahuan. Di sana tinggal para qari’, ahli hadits, para sufi, ahli bahasa, filosof, dan sebagainya.

Setelah itu beliau mengunjungi para ulama terkenal di berbagai tempat seperti Kufah, Basrah, Syam, Yaman, Mekkah dan Madinah. Beberapa gurunya antara lain Hammad bin Khalid, Ismail bil Aliyyah, Muzaffar bin Mudrik, Walin bin Muslim, dan Musa bin Tariq. Dari merekalah imam Hambali mulai mendalami ilmu fikih, hadits, tafsir, kalam, dan bahasa. Karena kecerdasan dan ketekunannya imam Hambali dapat menyerap semua pelajaran dengan baik

Beliau terus menuntut ilmu dengan penuh semangat yang tinggi dan tidak mudah goyah. Sang ibu banyak membimbing dan memberi beliau dorongan semangat. Tidak lupa dia mengingatkan beliau agar tetap memperhatikan keadaan diri sendiri, terutama dalam masalah kesehatan. Berkaitan dengan hal itu beliau pernah bercerita: “Terkadang aku ingin segera pergi pagi-pagi sekali mengambil (periwayatan) hadits, tetapi Ibu segera mengambil pakaianku dan berkata, ‘Bersabarlah dulu. Tunggu sampai adzan berkumandang atau setelah orang-orang selesai shalat subuh."

Pada tahun 186 beliau mulai melakukan perjalanan ke Bashrah lalu ke negeri Hijaz, Yaman, dan selainnya. Tokoh yang paling menonjol yang beliau temui dan mengambil ilmu darinya selama perjalanannya ke Hijaz dan selama tinggal di sana adalah Imam Syafi‘i. Beliau banyak mengambil hadits dan faedah ilmu darinya. Imam Syafi‘i sendiri amat memuliakan diri beliau dan terkadang menjadikan beliau rujukan dalam mengenal keshahihan sebuah hadits. Ulama lain yang menjadi sumber beliau mengambil ilmu adalah Sufyan bin ‘Uyainah, Ismail bin ‘Ulayyah, Waki‘ bin al-Jarrah, Yahya al-Qaththan, Yazid bin Harun, dan lain-lain. Beliau berkata: “Saya tidak sempat bertemu dengan Imam Malik, tetapi Allah menggantikannya untukku dengan Sufyan bin ‘Uyainah. Dan saya tidak sempat pula bertemu dengan Hammad bin Zaid, tetapi Allah menggantikannya dengan Ismail bin ‘Ulayyah.”

Perhatian beliau saat itu memang tengah tertuju kepada keinginan mengambil hadits dari para perawinya. Beliau mengatakan bahwa orang pertama yang darinya beliau mengambil hadits adalah al-Qadhi Abu Yusuf. 

Imam Hambali tertarik untuk menulis hadits pada tahun 179 saat berumur 16 tahun. Beliau terus berada di kota Baghdad mengambil hadits dari syaikh-syaikh hadits kota itu hingga tahun 186. Beliau melakukan mulazamah kepada syaikhnya, Hasyim bin Basyir bin Abu Hazim al-Wasithiy hingga syaikhnya tersebut wafat tahun 183. Disebutkan oleh putra beliau bahwa beliau mengambil hadits dari Hasyim sekitar tiga ratus ribu hadits lebih. 

Imam Hambali yang dikenal ahli dan pakar hadits ini memang sangat memberikan perhatian besar pada ilmu yang satu ini. Kegigihan dan kesungguhannya telah melahirkan banyak ulama dan perawi hadits terkenal semisal Imam Bukhari, Imam Muslim, dan Imam Abu Daud yang tak lain buah didikannya. Karya-karya mereka seperti Shahih Bukhari, Shahih Muslim atau Sunan Abu Daud menjadi kitab hadits standar yang menjadi rujukan umat Islam di seluruh dunia dalam memahami ajaran Islam yang disampaikan Rasulullah shalallahu alahi wa salam lewat hadits-haditsnya.

Setelah itu, ia mengunjungi para ulama terkenal di berbagai tempat seperti Kufah, Basrah, Syam, Yaman, Mekkah dan Madinah. Beberapa gurunya antara lain Hammad bin Khalid, Ismail bil Aliyyah, Muzaffar bin Mudrik, Walin bin Muslim, dan Musa bin Tariq. Dari merekalah imam Hambali mula mendalami fikih, hadits, tafsir, kalam, dan bahasa. Karena kecerdasan dan ketekunannya, Hanbali dapat menyerap semua pelajaran dengan baik

Dan pada saat menjelang wafatnya beliau jatuh sakit selama sembilan hari. Akhirnya pada permulaan hari Jumat tanggal 12 Rabi‘ul Awwal tahun 241.

Itulah tadi kisah hidup imam Hambali radhiallahu anhu. Semoga kita bisa mengambil ibrah dari kisah hidup imam Hambali radhiallahu anhu. Aminn ya rabalalamin. Sekian dan terima kasih.