Widget HTML #1

Sejarah Para Pendiri Mazahibul Arba'ah; Imam Abu Hanifah al-Nu'man

Andreysetiawan.com - Apa kabar sob, bagaimana kabar kalian? Semoga sehat selalu ya. Nah kali ini saya ingin berbagi kisah atau bisa dibilang biografi lah heheh. Biografi yang ingin saya bagikan ke kalian adalah salah satu seorang pendiri mazahibul arba'ah. 

Siapakah beliau? Beliau adalah Abu Hanifah al-Nu'man pendiri mazhab fiqih hanafi. Nah, adakah yang sudah tahu biografi beliau? Kalau belum ada yang tahu atau ada tapi agak lupa, yuk baca artikel ini sampai habis. 

Sejarah Para Pendiri Mazahibul Arba'ah; Imam Abu Hanifah al-Nu'man

imam abu hanifah

Abu Hanifah memiliki nama lengkap Abu Hanifah al-Nu'man bin Stabit bin Zautha dilahirkan di Kufah pada tahun 80 H/699. Dan wafat pada tahun 150 H dalam usia 70 tahun. Orang tuanya berasal dari keturunan Persia dan ketika beliau masih dalam kandungan di bawa pindah ke Kufah dan menetap disini hingga Abu Hanifah lahir.

Menurut cerita, ketika Zautha bersama anaknya Stabit ( ayah Abu Hanifah ) berkunjung kepada syaidina Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu, dengan serta merta kedua orang ini didoakan agar mendapat keturunan yang mulia. 

Semasa hidupnya di Kufah beliau imam Abu Hanifah mulai belajar dan menimba ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya. Setelah itu beliau pergi ke Hijaz, terutama di Mekkah dan Madinah untuk menambah dan memperdalam ilmu dan wawasan yang luas. Beliau berusaha memahami pemikiran hukum yang bersumber dari syaidina Umar dan syaidina Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhuma. Dan juga melalui sahabat-sahabat mereka termasuk diantaranya ialah Hammad bin Abi Sulaiman, Ibrahim al nakhai, Abdulah bin Mashud dan Abdulah bin Abbas. Beliau juga pernah bertemu dengan beberapa sahabat rasulullah seperti Anas bin Malik, Abdullah bin Auqa di Kufah, Sahal bin Sa'ad di Madinah dan Abu Thufail Ibnu Wailah di Mekah.

Karya-karya imam Abu Hanifah

Sebenarnya banyak sekali karya imam Abu Hanifah semasa hidupnya. Akan tetapi karya-karya beliau yang sampai kepada kita bisa dihitung dengan jari, diantaranya adalah kitab al-Fiqul Akbar, Kitab Al-Risalah, kitab Al- 'Alim wal Mutallim dan kitab Al-washiyah.

Beberapa Murid-Murid Imam Abu Hanifah al-Nu'man

Ibrahim bin Adham Fudhail bin 'lyad, Dawud al - Tha'I dan Bisyt al-Hafi, Abu Yusuf bin Ibrahim Al-Auza'I, Zafr bin Al - Ajil bin Qois, Muhammad bin Hasan bin Farqad al-syaibani dan al-Hasan bin Ziyad al-lu'lu'I . murid-murid inilah yang merekam dan menulis pemikiran Abu Hanifah, baik dalam bidang akidah, tasawuf maupun bidang hukum. 

Meneladani Sosok Imam Abu Hanifah al-Nu'man

Imam Abu Hanifah memiliki ilmu yang luas dalam semua kajian Islam hingga ia merupakan seorang mujtahid besar (imamul adham) sepanjang masa. Meskipun demikian beliau hidup sebagaimana layaknya dengan melakukan usaha berdagang dalam rangka menghidupi keluarga. Dengan prinsip berdiri di atas kemampuan sendiri, beliau prihatin juga terhadap kepentingan kaum muslimin, terutama bagi mereka yang berhajat akhlak yang mulia yang dimilikinya mampu mengendalikan hawa nafsu, tidak goyah oleh imbauan jabatan dan kebesaran duniawi dan selalu sabar dalam mengahadapi berbagai cobaan.

Meskipun berfrofesi sebagai pedagang beliau hidup sebagai kehidupan sufi dengan zuhud, wara, dan taat ibadah. Kalau kita hayati kehidupannya maka akan rampak kepada kira bahwa imam Abu Hanifah hidup dengan ilmu dan bimbingan umat dengan penuh kreatif, hidup dengan kemampuan sendiri tidak memberatkan orang lain. Disamping menjalankan usaha dagangnya. Beliau juga hidup dengan ibadah yang intensif siang dan malam.

Dikisahkan pada suatu ketika Khalifah al-Manshur akan mengangkat hakim agung dengan memiliki salah satu diantara 4 orang ulama besar diantaranya imam Abu Hanifah. 

Khalifah berkata kepada imam Abu Hanifah: "Engkau harus bersedia menjadi hakim agung". imam Abu Hanifah menjawab: "Wahai Amirul Mukminin, aku bukan orang arab dan pemimpin-pemimpin arab tidak akan menerima keputusan-keputusanku. Karena itu aku merasa bahwa aku tidak cocok untuk jabaran ini".

Khalifah berkata: "Jabatan ini tidak ada kaitannya dengan masalah keturunan melainkan berkaitan dengan keahlian. Dan engkau adalah seorang ulama terkemuka di masa ini". Imam Abu Hanifah berkata: "Wahai Khalifah, apa yang baru kukatakan menunjukkan bukti bagaimana keberadaan saya. Jika telah kukatakan aku tidak cocok dan juga telah kukatakan sebuah kebohongan tentu aku tidak cocok dan juga telah kukatakan sebuah kebohongan tentu tidak dibenarkan seorang pendusta menjadi hakim atas kaum muslim dan tidak dibenarkan pula engakau mempercayai kepada kehidupan kekayaan dan kehormatan yang engkau miliki".

Abu Hanifah menolak jabatan dan tidak mau dibantu oleh penguasa. Ketika Abu Ja'far al-Manshur menghadiahkannya 10.000 dirham, imam Abu Hanifah pun menolaknya. Seorang sahabatnya berkata kepadanya: "Anda itu diberikan dunia. Kenapa anda menolaknya? padahal anda berkeluarga". Imam Abu Hanifah menjawab: "Keluargaku kuserahkan kepada Allah azza wa jalla, sedang makananku sebulan cukup dua dirham saja."

Pada suatu ketika imam Abu Hanifah mengirim barang dagangan kepada kongsinya. Didalam barang dagangan itu ada sehelai kain yang cacat. Abu Hanifah mensyaratkan kepada kongsinya supaya menerangkan cacat kain itu. Lalu si pembeli tidak mengetahui. Ketika imam Abu Hanifah mengetahui hal itu maka ia segera bersedekah sebanyak 30.000 dirham.

Dalam kehidupan, disamping memiliki akhlak dan tingkah laku mulia, beliau selalu menjaga kesucian diri dan harta, disamping beliau selalu dalam peribadahan selama 40 tahun imam Abu Hanifah memenuhi malam malamnya dengan shalat dan selama itu shalatnya subuh dilaksanakan dengan wudhu pada waktu isya. Dan dalam shalatnya itu dibacanya al-Quran dan konon kerika ia meninggal ia telah menghatamkan al-Quran 7000 kali.

Ilmu yang dimiliki oleh imam Abu Hanifah demikian luas terutama temuan-temuannya dibidang hukum dan memecahkan masalah-masalahnya sejumlah 60.000 masalah hingga di digelar dengan imam al-A'dham.

Tampak ilmu imam Abi Hanifah bukan hanya bidang fiqih tetapi juga miliputi bidang lainnya termasuk tasawuf. Menurut Yahya bin Mu'azd al-Razi dalam suatu mimpi ia bertemu dengan rasulullah dan bertanya: "Wahai Rasulullah di mana akan aku cari engaku?". Rasulullah menjawab: "Didalam ilmu Abu Hanifah ", demikian Rasulullah.

Ketika Daud al-Tha'I telah memperoleh ilmu yang luas dan sudah mencapai popularitas yang tinggi, dia berkunjung menemui imam Abu Hanifah seraya berkata: "Saya mohon diberikan petuah dan petunjuk". Imam Abu Hanifah berkata: "Amalkan apa yang telah engku pelajari, karena ilmu tanpa amal ibarat tubuh tanpa roh". Petunjuk ini menghendaki adanya mujahadah dan dengan mujahadah akan didapat musyahadah.

Itulah tadi kisah sang pendiri mazhab hanafi: imam Abu Hanifah radhiallahu anhu. Bisa kalian mendapatkan kesalahan dalam artikel ini saya minta maaf sebanyak-banyaknya. Selamat membaca dan terima kasih.