Keikhlasan Para Guru Al-Azhar dalam Mengajar
Dengan adanya seorang guru, bisa dipastikan kita tidak akan melenceng ke jalur yang tidak benar. Karena dalam proses belajar kita akan dibimbing dan diarahkan ke jalan yang seharusnya kita jalani di dunia, yaitu jalan menuju ridho Allah azza wa jalla.
Keikhlasan Para Guru Al-Azhar dalam Mengajar
Berbicara mengenai prihal guru nih, saya memiliki sedikit cerita terkait keikhlasan para guru Al-Azhar dalam mengajar para mahasiswa atau murid-muridnya. Nah, jika kalian tau di Mesir ini terutama di daerah Cairo banyak sekali tersebar majelis-majelis keilmuan dimana-mana. Mulai dari bangku perkuliahan sampai diberbagai masjid-masjid.
Baca Juga: Kisah Syaikh Imam Bajuri dengan Seekor Semut
Dari sekian banyaknya kejadian yang saya alami, ada satu kejadian yang membuat saya terkesima dengan para guru Al-Azhar. Dan kejadian ini sangat jarang saya temui di Indonesia, yaitu pada suatu ketika tepatnya diwaktu sore hari, waktu yang kebanyakan majelis kelilmuan sudah selesai. Saya ingin pergi ke rumah teman yang ada di suatu daerah yang bernama Hay Asir. Karena jarak rumahku yang ada di daerah Darrasah lumayan jauh dengan rumah temanku, sayapun memutuskan untuk pergi dengan menaiki bus (Darrasah-Hay Asir).
Saat itu bus dalam keadaan sesak hingga saya tidak kebagian tempat duduk penumpang. Berdirilah saya dengan orang mesir dan beberapa mahasiswa asing. Ditengah-tengah perjalan, baru saya sadari bahwa seseorang yang memakai jubah hitam berkopiah khas masyayikh Al-Azhar dengan tangan kanan memegang tas hitam dan tangan kiri memegang tasbih sedang berdiri di depanku yang tak lain beliau adalah salah satu guru Al-Azhar.
Otomatis, banyak dari mahasiswa asing yang kebagian tempat duduk langsung berdiri dan mempersilahkan tuan guru untuk duduk. Tapi apa yang terjadi, beliau tetap berdiri dan menolak dengan halus seraya mengisyaratkan bahwa sebentar lagi ia akan turun. Saya dan beberapa mahasiswa asing pun merasa terkesima, sungkan dan kasian terhadap beliau. Bagaimana tidak? beliau merupakan guru Al-Azhar yang memiliki keilmuan yang tinggi dan berbagai sanad keilmuan rela berdiri dan berdesak-desakan dengan kami.
Hal serupapun juga pernah dialami salah satu temanku ketika ia naik mini bus. Di dalam bus dia bertemu salah satu seorang guru Al-Azhar dan iapun mempersilakan beliau untuk duduk dan pada akhirnya beliaupun duduk. Tapi yang menjadi menarik dikejadian ini beliau malah yang menanggung dan membayar ongkos kendaraan temenku serta mahasiswa lain yang naik bersama beliau.
Dan hal ini sudah menjadi rahasia umum mahasiswa Al-Azhar di sini melihat para guru kita pulang pergi dengan menaiki angkutan umum. Padahal kalau saja para guru Al-Azhar mau menggunakan mobil yang terparkir di rumah, pasti sudah mereka lakukan. Tapi entah kenapa, yang jelas pasti ada hikmah dan keberkahan yang ingin beliau lakukan.
Begitulah keikhlasan para guru Al-Azhar dalam mengajar murid-muridnya. Semoga kita bisa mendapatkan keberkahan dari para guru kita yang begitu ikhlas mengajar para murid-muridnya.
Itulah tadi sepenggal cerita pengalaman saya sebagai mahasiswa Al-Azhar yang sedang menuntut ilmu di bumi kinanah, bumi para nabi, bumi para auliya' solihah. Jika anda mendapatkan kesalahan dalam artikel ini saya minta maaf sebanyak-banyaknya dan saya juga berharap kepada para pembaca semoga bisa mengambil hikmah dan faidah dari artikel ini, terima kasih.