Widget HTML #1

Dari Preman Bejat Menjadi Ulama Besar di Baghdad

Andreysetiawan.com - Sejak dini aku hidup sebagai pemabuk, tersesat, dan ahli maksiat. Menzalimi manusia, merampas harta orang lain, makan riba, dan bahkan memukuli orang adalah pekerjaanku sehari-hari. Tidak ada hari dalam hidupku tanpa berbuat zalim terhadap manusia. Nyaris semua bentuk maksiat pernah aku lakukan. Bahkan terkadang orang-orang yang tinggal disekitarku takut mendengar namaku. 

Dari Preman Bejat Menjadi Ulama Besar di Baghdad

kisah malik bin dinar

Pada suatu hari aku sangat ingin menikah, karena merindukan punya anak yang akan menghibur kehidupanku yang sangat keras itu. Lalu aku menikahi seorang gadis di kotaku (Baghdad). Setelah hampir setahun, istriku pun melahirkan seorang bayi wanita yang sangat mungil lagi cantik. Bayi itu aku beri nama Fatimah. 

Entah bagaimana aku sangat mencintai Fatimah, bahkan melebihi orang lain disekitarku. Semakin Fatimah tumbuh dengan sehat, imanku semakin tumbuh pula dalam hatiku. Maksiat semakin berkurang dalam kehidupanku. 

Suatu hari, saat aku memegang gelas yang isinya minuman keras, Fatimah melihatnya. Ia mencoba mendekatiku dan menghalangiku meminumnya. Aku tidak tahu kenapa Fatimah dapat melakukan itu. Pasti Allah azza wa jalla lah yang membuatnya berbuat seperti itu.

Fatimah tumbuh semakin besar dan imanku pun semakin ber tambah dalam hatiku. Setiap aku mendekatkan diri kepada Allah azza wa jalla satu langkah, maka seperti itu pula aku menjauh dari maksiat. Kondisi seperti itu pula aku menjauh dari maksiat. Dan Kondisi seperti itu terus berlanjut sampai Fatimah berusia tiga tahun. Saat memasuki usia tiga tahun, tanpa angin tanpa hujan Fatimah meninggal dunia. 

Sungguh tak masuk akal, peristiwa kematian Fatimah membuatku putus asa dan aku berbalik menjadi preman. Bahkan preman yang lebih sadis dan kejam dari sebelum menikah. Aku kehilangan kesabaran yang seharusnya dimiliki orang beriman saat menghadapi ujian. Aku gagal total dalam menghadapi ujian itu. 

Kali ini hidupku kembali sebagai ahli maksiat dan kezaliman. Bahkan lebih dahsyat dari sewaktu aku masih muda. Akhirnya, setan benar-benar berhasil mempermainkan kehidupanku. 

Aku pun bertekat untuk mabuk dan minum khamar sebanyak-banyaknya. Sepanjang malam ini kerjaanku hanya minum khamar. Disaat aku teler aku pun tertidur dan tiba-tiba bermimpi. Dalam mimpiku aku sedang menghadapi sebuah peristiwa besar yaitu kiamat. Matahari tidak lagi memberikan cahayannya ke bumi, laut berubah menjadi lautan api, dan bumi terjadi gempa yang sangat dahsyat. Semua manusia berkumpul di padang mahsyar. Manusia sangat banyak dan hilir mudik bergelombang-gelombang. Aku adalah salah satu diantara mereka.

Tiba-tiba aku mendengar suara orang yang memanggil fulan bin fulan "ayo segera menghadap yang maha perkasa". Saat itu aku melihat ada orang yang hitam pekat wajahnya. Tak lama kemudian aku mendengar suara memanggil namaku sambil berkata: "Ayo segera Kamu menghadap Kerala yang maha perkasa". Tiba-tiba semua orang yang sangat banyak itu menghilang, tinggal aku sendiri di tengah padang mahsyar yang sangat luas.

Saat aku melihat ke suatu arah, tiba-tiba aku melihat ular yang sangat besar dan garang sedang menuju ke arah tempatku berdiri sambil membuka mulutnya lebar-lebar. Aku pun berlari menjahui dari kejaran ular tersebut. Sampailah aku melihat seorang kakek yang sudah sangat lemah. Lalu aku berkata: "Bapak! Tolonglah aku dari ular itu!." Sang kakek berkata: "Wahai anakku lihatlah aku sendiri sangat lemah dan tidak berdaya sama sekali. Cobalah kamu lari ke suatu tempat di sana. Semoga ada yang dapat membantumu." Aku pun berlari ke arah yang ditunjukkan kakek tersebut dan ular tersebut ada dibelakangku, sedang kan dihadapanku ada nyala api yang sangat panas. 

Saat itu aku berkata pada diriku sendiri: "Kamu akan lari dari kejaran ular itu atau masuk ke dalam api besar itu?" Namun aku akan tetap berlari, sedangkan ular itu semakin menghampiriku. Aku coba balik lagi ke arah tempat kakek yang menyarankan aku ke suatu tempat itu. Setelah melihatnya aku pun berteriak memanggilnya sambil berkata: "Demi Allah tolong selamatkan aku! Kamu berkewajiban menyelamatkanku". Kakek itu pun menangis karena sedih melihat kondisiku sambil berkata: " Aku ini sudah sangat lemah, tidak mampu berbuat apa-apa, seperti yang kamu lihat sendiri. Cobalah berlari ke arah bukit sana, semoga kamu selamat".

Aku pun berlari secepatnya ke arah bukit yang diisyaratkan oleh kakek tersebut, sedangkan ular besar itu semakin mendekatiku. Setelah mendekati bukit tersebut, aku mendengar riuh suara anak-anak. Akupun berteriak memanggil anakku Fatimah sambil berkata: "Fatimah! Selamatkanlah ayahmu! Selamatkanlah ayahmu!".

Tiba-tiba saja Fatimah muncul dihadapanku. Seketika itu pula ketakutanku hilang dan rasa bahagia masuk ke dalam dadaku, karena bertemu anakku yang telah meninggal dunia saat berusia tiga tahun. Aku sangat bahagia karena bertemu anakku dan menyelamatkanku dari kondisi sulit seperti itu. Lalu, Fatimah memelukku dengan tangan kanannya sambil mengusir ular besar itu dengan tangan kirinya. Aku pun hanya seperti mayat (orang yang sudah mati) dan tidak berdaya karena ketakutan. 

Setelah ular itu pergi Fatimah tiba-tiba duduk di atas pangkuanku persis seperti saat dia masih hidup dulu. Lalu, Fatimah berkata: "Wahai ayahanda tercinta! Sudah saatnya orang-orang beriman itu hati mereka khusyuk mengingat Allah".

Setelah mendengar ucapkan Fatimah, aku pun bertanya kepadanya: "Wahai anakku, apakah gerangan ular besar tadi?" Lalu fatimah menjawabnya: "Itulah amal kejahatanmu. Dengan kejahatan dan kezaliman berarti ayahanda sendiri yang membesarkannya dan nyaris ia memakan ayah. Tidaklah enkau wahai ayahku bahwa semua amal yang dilakukan di dunia Alan muncul dalam bentuk makhluk tertentu di akhirat nanti? Laki-laki yang lemah itu menggambarkan amal saleh ayah yang tak seberapa. Enkau sendiri yang melemahkannya dan mengkerdilkannya. Sehingga ia menangis melihat kondisimu dan tak mampu berbuat apa-apa kepadamu".

Kemudian anakku meneruskan ucapannyaucapannya: "Kalaulah engkau bukan menjadi ayahku dan kalaulah bukan aku meninggal sewaktu masih kecil, tidak ada lagi yang bermanfaat bagimu".

Tiba-tiba akupun terbangun sambil berteriak: " Saatnya aku bertobat ya Allah, benar kapan saatnya bagi orang beriman untuk khusyuk hatinya mengingat allah? Aku berjanji ya Allah sekarang juga saatnya".

Itulah cerita dari Imam Malik bin Dinar, sebagaimana yang beliau ceritakan sendiri. Seorang ulama besar zaman tabi'in yang sebelumnya merupakan preman.